Laman

Cari Blog Ini

Rabu, 07 November 2012

Kodok Budug - Asian black-spined toad

Kodok Budug - Asian black-spined toad



Baca judulnya saja, sebagian orang merasa jijik. Namun sebagian orang sih biasa2 saja.
Jenis kodok budug ini mempunyai nama ilmiahnya Bufo melanostictus Schneider, 1799.

Penampilan kodok ini yang yang dewasa perutnya gendut, dan berbintil-bintil kasar. Pada jenis yang jantan jantan panjang tubuhnya (dari moncong ke anus) antara 55-80 mm, dan yang betina sekitar 65-85 mm.

Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk. Kodok jantan, dagu kusam dan kemerahan.
Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman. Sedang bagian sisi bawah tubuhnya berwarna putih keabu-abuan, dan juga berbintil-bintil agak kasar.
Pada telapak tangan dan kakinya berwarna kehitaman. Kodok ini tidak mempunyai selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.
Kodok ini paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu sore hari,  dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil sampai 6-7 ekor.

Jenis kodok budug ini biasanya kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi.

Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara species jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa kodok yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu, dengan luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina.

Kodok budug (Bufo melanostictus) mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, dengan sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok budug yang di kawasan pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, telur2 tersebut akan selalu dijaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Telur kodok bisa sampai 5.000-20.000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Metamorfosis pada kodok yang terjadi di alam memerlukan waktu sekitar tiga bulan sampai menghasilkan kodok dewasa.

Di alam bebas, telur kodok biasa di temui pada berbagai jenis perairan seperti air kolam, danau, dan payau. Berbagai jenis air di alam bebas memiliki tingkat PH atau keasaman air yang berbeda-beda seperti air payau yang memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi.

Berkurangnya populasi kodok di alam menyebabkan munculnya berbagaimasalah seperti gagal panen akibat wereng yang semakin meningkat dan berjangkitnya penyakit demam berdarah. Hal ini terjadi karena kodok sebagai musuh alami dari serangga sudah jarang dijumpai di alam, sehingga populasi serangga semakin meningkat. Keadaan ini menyebabkan ketidak seimbangan jaring-jaring makanan di alam.

willy ekariyono - 2012